Tuesday, September 30, 2008

eh eh kok gitu sih, maaf lahir batin ya

besok sudah lebaran,
kurang spesial karena.....
sebulan saya ga puasa
dan...
bla..bla..bla...
alhamdulillah dibayar dengan zakat fidyah plus fitrah bersama suami tersayang.

ready to flight again next day

the last day on fasting month is tyme to go to my mom's house (in heaven,insyaallah)

ok lah...
eh eh kok gitu sih...loh kok marah .. jangan gitu sayang jangan gitu sayangggggg

mohon maaf lahir batin yaaaa

Monday, September 29, 2008

eid eggs

menjelang h-2 lebaran 1 butir telur ayam dijual Rp 2.300,-

woof..wooff

mungkin boleh berternak ayam dan menunggu lebaran tahun depan hahhahaha

crazy world

Friday, September 26, 2008

friday i'm in life

siang penat
perjalanan lara
serasa di atas bara
namun saat mengingat selalu ada Tuhan
yang lebih dekat dari urat leherku sendiri
kepahitan terbebaskan
senyum dengan tulus
Tuhan sedang bercanda.....


hei..saat terasa lelah
dan kusenyum saja
apakah menurutmu
ku gila???
bagiku Tuhan ada

Wednesday, September 24, 2008

motorola z3

sell :

motorola z3 (slide)
warna biru
memori 1Gb
komplit


cingkyuuuuu

Tuesday, September 23, 2008

Berproses

September 22nd 2008 at 8:47 pm / fiksi

"Berproses"

Suatu dini hari yang sejuk di mana langit masih belum dinodai cahaya matahari setitikpun kecuali sisa bias bintang dan bulan semalam. Kuterbangun membuka jendela dan menyadari bahwa kesendirian sudah menyergap. Inilah rasa yang paling menakutkan. Terseret dalam hening yang begitu dalam, semakin lama semakin curam menusuk pilu. Sejuknya awalan subuh tak dapat dibagi untuk sekedar mencari hangat. Haruskah kusesap kafein panas sedini ini biar merasuk panas ke aliran darah? Aku duduk di tepi kasur dan melihat ada luka di dada melalui cermin berbentuk oval berbingkai kayu hitam arang. Luka yang begitu jelas tercipta semalam setelah kusayat dengan perbuatan. Luka yang tak sangka hingga subuh ini masih mengalirkan darah segar yang dalam hitungan detik selalu terdengar menetes ..tes…tes…tes… meninggalkan noda di seprei, di lantai, di karpet, atau di manapun jejakku pernah ada. Sejuknya hawa membuat ngilu, lidahku kelu, seperti ada debu yang membatu di dalam luka semalam yang terlihat selalu. Bukan sesiapa, bukan seorangpun, melainkan aku menyayatnya dengan perbuatan. Bagaimanapun, itulah aku dengan segala pikiran yang tak terbaca oleh subuh, oleh sembilu, yang ada hanyalah beranak rasa pilu, akhirnya menjadi ambigu bagi mereka yang tak tahu.
Seorang babu pasti akan habis-habisan menggerutu membersihkan ini semua. Ya, karena ini ambigu. Bagiku abu tapi baginya batu. Bukankah itu sangat berlainan? Aku dan luka adalah perbuatan, tapi dia mengandalkan penglihatan juga pengiraan. Bagaimana bisa melihat dengan jelas, dengan adil, jika dia tak tahu apa yang aku buat. Bagiku itu adalah noda akibat darah luka di dada, baginya itu adalah noda sisa rembesan haid karena salah memakai jenis pembalut. Tentu saja itu bisa membuatku jadi cemooh. Cemooh berkepanjangan yang terus dirajang menjadi kecil-kecil dan susah untuk dibereskan jika sudah berhamburan. Well..sebuah ajang bagi mereka untuk kerap membahasnya.
Sebentuk perban telah menutupi luka di dada. Ia tak terlihat, namun robeknya sampai ke hati yang tentu tak dapat kubalut kasa perban hingga ke dalam. Luka tertutup. Kuharap koyaknya segera mengatup seiring waktu berjalan. Kubelikan cairan pemutih untuk kain berwarna demi membersihkan noda di seprei dan karpet, tak lupa cairan karbol untuk membersihkan lantai. Aku pergi sekedar mencari sarapan pengisi perut. Sedikit-sedikit perihnya masih terasa di setiap langkah. Setiap perihnya datang maka aku teringat pada luka yang menganga di balik kain kasa perban. Sempat aku masuk ke toilet dan tergoda untuk mengintip luka itu, barangkali ia perlu udara untuk menjadi dingin. Beberapa saat perihnya hilang dan aku bisa tersenyum lega, namun di saat lainnya ia kembali perih dan membuatku gundah. Perasaan menyesal tiba-tiba terlintas karena tajam telah menyayat kulitku semalam. Tapi bukankah penyesalan tak akan membuat nganga luka itu seketika pulih seperti tiada luka? Butuh proses berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun. Bukankah penyesalan tetap membuat ambigu? Bagiku abu dan bagi yang melihat adalah batu.
Lalu aku pulang dengan perasaan sakit, perih kemudian hilang dan kemudian nyeri. Langkahku menikmati semuanya dengan diam saja. Saat perih, sakit, nyeri, ngilu datang maka aku hanya mencoba menghibur diri dan menghibur luka bahwa selanjutnya adalah proses penyembuhan. Kadang semua rasa sakit itu hilang, namun kemudian datang lagi. Kuhibur lagi tak peduli ia akan terus memberikan semua rasa sakit atau sedikit membagi bahagianya padaku. Peranku menjadi dua, penghibur luka dan penghibur diri sendiri. Tujuanku satu, berproses bersama luka untuk kembali bahagia.
Sesampainya di kamar, di luar subjek aku dan dan luka, bekas noda darah yang menetes menyisakan bercak ternyata tak dapat hilang. Sang babu menyerah diri dan menyerahkan cairan pemutih dan karbol padaku untuk membersihkannya hingga benar-benar sediakala. Ini memang susah, tapi setiap usaha akan mengeluarkan keringat, tak peduli yang mencium keringat itu suka atau tidak, aku tetap berusaha walau kadang terasa letih bersama luka. Namun bila letih, dua peranku kembali beradu.

Sebuah proses tidak diketahui kapan akan berakhir. Sebuah pelajaran masih panjang dan butuh pemahaman, bukan sekedar nilai untuk naik kelas. Bagiku biarlah abu, bagi yang melihat biarlah batu, dan aku yakin lukaku adalah milikku yang dapat aku pulihkan dengan proses walau tak selalu dengan cara menutupnya dengan kasa perban. Kelak kesendirian itu tak akan abadi. Akan selalu ada yang berbagi hangat kembali kala dini hari.

Tak perlu yang lain, tak perlu kafein atau neraka sekalipun.
Sebuah proses akan menghadirkan surga.

Wednesday, September 17, 2008

you only live once

terjadi infeksi di pembuluh aortanya
tekanan darahnya naik jadi 210/0 .. bahaya sekali,bukan? secara itu atasnya tinggi dan dibawahnya per nol. dokter juga heran dan bilang bisa kena stroke.
gula darahnya juga naik tinggi diatas normal

harusnya tidak boleh merokok lagi,
stop minum kopi (biasanya 5 mug/cangkir perhari walaupun ngeles dengan mencampurnya susu non kolesterol yg disebut jadi kopi susu)

namun semua itu dibelanya, malah dokterlah yang dinasehati.

hhhhhhh...

Sunday, September 14, 2008

zero

life's no exist
here for nothing
here for drawing
paint the sky
and the rain tears say goodbye
wind blows to bay


i ask why?
too shy to die

zero

life's no exist
here for nothing
here for drawing
paint the sky
and the rain tears say goodbye
wind blows to bay


i ask why?
too shy to die

Monday, September 8, 2008

serenade untuk gerakan pertama

Gerakan pertama mulai terasa dan juga lincah, melalui track Menuetto-Trio,IV, from the Serenade, K 185 Salzburg Chamber Orchestra, Harald Nerat, conductor via headphone pada malam hari.
Padahal kalau merujuk pada judul ....Serenade itu adalah lagu untuk sore hari (kok didengerin malam?) hihii

Apakah ia bisa membedakan yang harusnya mendengarkan nocturno bukan serenade? ☺
...atau dia memang suka sama serenade karena merujuk pada judul lagu mamanya 'serenade dalam segelas vodka'???
halaaahhh mana boleh vodka, minum susu aja....konon katanya bisa memperkuat daya memori otak bayi ☺

cheers with milk!

Wednesday, September 3, 2008

Ramadhan 2008

Ramadhan kali ini...

Puasanya belum,
karena sedang mengandung dan setiap gejala morning sickness ada pada saya bisa datang kapan saja semaunya.

Perut juga terasa ingin selalu diisi, kalau tidak sepertinya ada makhluk di dalamnya yang memberi tanda minta diasupi.

Syukurlah masih bisa mengerjakan ibadah lain walau mesti pelan-pelan atau munfarid tak berjamaah untuk sesi tarawih.

Yang paling menyenangkan .. bila suami pulang kantor tentunya..tenang ada yang mendampingi walau hanya sampai sabtu nanti.


Ramadhan, saya yakin banyak hikmah tersirat tersurat. Setiap hari dalam hidup tidak ada yang sia-sia, apalagi di bulan ini semuanya memperoleh berkah. Apa yang terjadi pasti ada hikmah..jalani saja tanpa perlu berisik usik.


Alhamdulillah, aku di dalamMu ya Allah